Ketan Pencok, Oleh-Oleh Legendaris Khas Bumiayu Sejak 1960
![]() |
Ketan Pencok Bu Bariah |
Bumiayu – Bicara soal oleh-oleh khas Bumiayu, nama ketan pencok hampir selalu disebut di urutan teratas. Kudapan tradisional berbahan dasar ketan ini telah lama menjadi favorit warga lokal maupun perantau yang pulang kampung. Teksturnya yang kenyal, rasa gurih-manis yang seimbang, serta aroma khas taburan kelapa parut membuat ketan pencok tak pernah kehilangan penggemarnya, bahkan di tengah gempuran camilan modern.
Hingga kini, ketan pencok paling populer di Bumiayu masih dipegang oleh Bu Bariyah, seorang pelestari kuliner tradisi yang sudah berjualan sejak tahun 1960. Nama beliau begitu melegenda di kalangan warga. Hampir semua orang di Bumiayu yang pernah membeli ketan pencok pasti mengenal racikan tangan Bu Bariyah. Generasi demi generasi tumbuh dengan camilan ini, menjadikan ketan pencok bukan sekadar makanan, tetapi juga bagian dari memori kolektif masyarakat Bumiayu.
Menurut penelusuran penulis, saat ini muncul pula penjual lain yang mencoba menghadirkan ketan pencok, salah satunya berlokasi di Desa Majapahit. Kehadirannya menambah pilihan bagi masyarakat yang ingin menikmati kuliner khas ini. Meski demikian, warisan rasa dan reputasi yang dibangun Bu Bariyah selama lebih dari enam dekade tetap sulit ditandingi.
Resep Legendaris yang Tak Lekang oleh Waktu
Kunci kelezatan ketan pencok terletak pada resep tradisional yang sederhana namun penuh ketelitian. Beras ketan pilihan terlebih dahulu direndam, lalu dikukus hingga pulen. Setelah matang, ketan diberi taburan parutan kelapa muda yang sudah dicampur sedikit garam agar gurihnya seimbang.
Yang membedakan ketan pencok dari camilan berbahan ketan lain adalah bumbu sambal kelapa yang digunakan sebagai “pencok”. Sambal ini terbuat dari cabai, bawang putih, dan sedikit terasi yang diulek halus lalu dicampur dengan kelapa parut. Hasilnya adalah perpaduan rasa gurih, pedas, dan sedikit manis yang membuat setiap gigitan meninggalkan sensasi khas.
“Ketan pencok itu sederhana, tapi kuncinya di takaran bumbu dan kelapa parutnya. Kalau terlalu asin, rasanya hilang. Kalau kurang pedas, tidak mantap. Jadi harus pas,” kata salah satu warga yang sudah lama menjadi pelanggan Bu Bariyah.
Resep inilah yang sejak tahun 1960 tidak banyak berubah. Bu Bariyah konsisten mempertahankan cita rasa aslinya, sehingga pembeli selalu merasa nostalgia setiap kali menikmati ketan pencok buatannya.
Harga yang Bersahabat
Selain rasanya yang otentik, harga ketan pencok juga terjangkau bagi semua kalangan. Dari catatan penulis, ketan pencok di lapak Bu Bariyah dijual dengan beberapa pilihan ukuran:
- Isi 8 potong: Rp20.000
- Isi 10 potong: Rp25.000
- Isi 12 potong: Rp30.000
Selain itu, tersedia pula ketan pencok dalam besek ukuran sedang dan besar, yang sering dipilih untuk acara keluarga, syukuran, atau sebagai oleh-oleh dalam jumlah lebih banyak. Variasi ukuran ini membuat ketan pencok fleksibel, bisa dibeli untuk sekadar camilan pribadi hingga hantaran dalam acara khusus.
Oleh-Oleh Wajib Bagi Perantau
Bagi warga Bumiayu yang merantau ke luar kota, ketan pencok sering kali menjadi buah tangan wajib saat kembali ke kampung halaman. Tak jarang, para perantau memesan terlebih dahulu agar tidak kehabisan. Rasa rindu kampung halaman seolah terbayar tuntas ketika gigitan pertama ketan pencok terasa di lidah.
Ketan pencok juga menjadi camilan favorit dalam berbagai momen kebersamaan. Dari arisan keluarga, hajatan, hingga sekadar temani minum teh sore hari, kudapan ini selalu bisa mencairkan suasana. Tidak berlebihan jika ketan pencok dianggap sebagai “penjaga tradisi” kuliner Bumiayu.
Menjaga Warisan Kuliner
Dalam konteks kuliner daerah, ketan pencok punya nilai lebih dari sekadar makanan. Ia adalah representasi budaya dan identitas lokal. Di tengah derasnya modernisasi, makanan tradisional sering tersisihkan. Namun, ketan pencok justru masih bertahan. Eksistensi ini tentu berkat konsistensi para pelestari seperti Bu Bariyah, yang tetap menjaga keaslian resep dan kualitas produk.
Para pemerhati budaya lokal menilai, ketan pencok seharusnya bisa masuk dalam daftar kuliner khas Brebes Selatan yang perlu dipromosikan lebih luas. Dengan branding yang tepat, bukan tidak mungkin ketan pencok menjadi daya tarik wisata kuliner, sama halnya seperti getuk goreng Sokaraja atau serabi Notosuman.
Harapan ke Depan
Kehadiran penjual baru di Desa Majapahit tentu menjadi angin segar bagi penyebaran kuliner ini. Namun, tantangannya adalah bagaimana menjaga kualitas dan cita rasa agar tidak melenceng jauh dari pakem aslinya. Masyarakat berharap regenerasi pelaku usaha ketan pencok terus muncul, sehingga kuliner ini tidak hanya berhenti di tangan Bu Bariyah, melainkan juga diteruskan oleh generasi berikutnya.
Di era digital, pemasaran ketan pencok juga bisa dikembangkan melalui media sosial dan platform belanja online. Dengan begitu, ketan pencok bisa menjangkau pasar lebih luas, bahkan hingga luar Jawa. Bagi pelaku usaha kecil, langkah ini bisa menjadi strategi tepat untuk meningkatkan pendapatan sekaligus mengenalkan kuliner khas Bumiayu ke kancah nasional.
Kesimpulan
Ketan pencok bukan hanya soal rasa, tetapi juga soal sejarah dan identitas. Dari tahun 1960 hingga kini, kuliner sederhana ini berhasil bertahan, bahkan tetap dicintai oleh masyarakat lintas generasi.
Keberadaan Bu Bariyah sebagai ikon kuliner ketan pencok sekaligus menjadi bukti bahwa warisan rasa bisa bertahan puluhan tahun tanpa kehilangan pesonanya. Dengan harga terjangkau, cita rasa autentik, dan nilai historis yang kental, ketan pencok pantas disebut sebagai oleh-oleh khas Bumiayu yang legendaris.
Apabila pengembangan dan promosi dilakukan dengan baik, ketan pencok berpeluang menjadi primadona wisata kuliner Brebes Selatan. Sebuah kuliner yang lahir dari kesederhanaan, tetapi menyimpan kekuatan untuk membawa nama daerah ke panggung yang lebih luas.
Posting Komentar