BLT DBHCHT untuk Petani di Brebes Selatan: Angin Segar bagi Buruh Tani dan Petani Cengkeh
Brebes – Pemkab Brebes kembali menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) kepada masyarakat, khususnya di wilayah Brebes Selatan. Bantuan ini menjadi salah satu program strategis pemerintah daerah dalam mendukung kesejahteraan petani dan buruh tani yang selama ini menjadi bagian penting dalam rantai industri hasil tembakau.
Penyerahan secara simbolis dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten Brebes, Drs. Edy Kusmartono, M.Si. Beliau menegaskan bahwa program BLT DBHCHT merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap masyarakat yang selama ini hidup bergantung pada sektor perkebunan, baik sebagai petani cengkeh maupun buruh tani tembakau.
“Bantuan ini adalah hak masyarakat yang harus sampai pada sasaran yang tepat, yakni petani dan buruh tani di wilayah kita. Semoga bisa dimanfaatkan dengan bijak,” ujar Edy Kusmartono.
Saran Pemanfaatan Bantuan
Bantuan tersebut memang tidak besar jika dilihat dari jumlah rupiah yang diterima. Namun, harapannya bisa menjadi penopang ekonomi keluarga, terutama di tengah fluktuasi harga pupuk dan hasil panen yang tidak selalu stabil. Ahmad Rofi, Sekretaris Kecamatan Bumiayu, bahkan mengingatkan agar masyarakat penerima tidak menggunakan dana untuk konsumsi sesaat, melainkan diarahkan pada kebutuhan produktif.
“Kalau bisa, gunakan bantuan ini untuk membeli pupuk atau kebutuhan pertanian lain, sehingga manfaatnya berlipat dan terasa dalam jangka panjang,” saran Ahmad Rofi.
Disambut Baik Petani
Bagi para petani, BLT DBHCHT ini jelas membawa angin segar. Kasrip, seorang petani cengkeh asal Desa Langkap, mengaku bantuan tersebut datang pada saat yang tepat.
“Kami bersyukur, bantuan ini pas waktunya. Pupuk lagi mahal, hasil panen juga tidak menentu. Jadi uang ini bisa kami manfaatkan untuk beli pupuk supaya kebun tetap terawat,” ungkap Kasrip.
Ungkapan senada juga muncul dari buruh tani tembakau yang mengandalkan upah harian. Dengan adanya bantuan ini, mereka merasa pemerintah tidak menutup mata terhadap jerih payah mereka.
DBHCHT dan Kontribusi Industri Rokok
DBHCHT sejatinya bersumber dari pungutan cukai hasil tembakau, yang dalam praktiknya sebagian besar berasal dari industri rokok. Industri rokok sendiri masih menjadi salah satu penyumbang terbesar penerimaan negara dari sektor cukai. Menurut catatan Kementerian Keuangan, lebih dari 95% penerimaan cukai nasional disumbang oleh produk rokok.
Saham-saham industri rokok besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga menunjukkan pengaruh signifikan terhadap perekonomian nasional. Di antaranya, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), serta PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA). Perusahaan-perusahaan ini tidak hanya menjadi pemain utama di pasar domestik, tetapi juga membuka lapangan kerja bagi jutaan orang mulai dari pabrik hingga perkebunan tembakau.
Kendati begitu, keberadaan industri rokok juga kerap menuai perdebatan dari sisi kesehatan masyarakat. Namun, bagi para petani dan buruh tani, permintaan dari industri ini tetap menjadi tumpuan hidup. Program BLT DBHCHT hadir sebagai bentuk redistribusi manfaat agar masyarakat di hulu industri, khususnya petani cengkeh dan tembakau, bisa merasakan hasil dari pajak yang dibayarkan perusahaan.
Kesimpulan
Program BLT DBHCHT di Brebes Selatan membuktikan bahwa pemerintah daerah berkomitmen menghadirkan kesejahteraan yang lebih merata. Bagi petani cengkeh dan buruh tani tembakau, bantuan ini bukan sekadar tambahan dana, melainkan simbol perhatian di tengah sulitnya bertahan hidup dari hasil perkebunan.
Meski nilainya tidak besar, BLT tetap membawa arti penting karena diarahkan pada kebutuhan produktif, seperti pupuk dan perawatan kebun. Dengan begitu, bantuan ini tidak hanya habis dalam sekejap, tetapi bisa menjadi modal kecil untuk keberlanjutan usaha tani.
Industri rokok dengan segala kontroversinya tetap memiliki peran vital dalam roda perekonomian. Melalui DBHCHT, masyarakat di level akar rumput juga memperoleh manfaat langsung. Maka, harapan ke depan adalah agar mekanisme penyaluran semakin transparan, tepat sasaran, dan mampu mendukung keberlangsungan sektor pertanian di Brebes Selatan.
Sebagaimana diungkap oleh Kasrip, petani cengkeh Desa Langkap, “Bantuan ini kecil tapi sangat berarti. Kalau digunakan dengan benar, hasilnya bisa lebih besar dari yang terlihat.”
Posting Komentar