Kolom Penulis
Alix Setiawan : Peradaban yang Hilang di Kali Keruh Blere
Ada yang berubah pada Kali Keruh-ku, ketika siang menjelang sore kususuri jejak masa kecil di aliran Kali Keruh sebelah barat Blere. Mengingat masa kecil dulu, ketika pada waktu pagi, dan sore atau bahkan siang saya dan teman-teman bermain di kali keruh yang mengasikan. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan usia, kini kali keruh tidak lagi sebagai salah satu tempat peradaban manusia desa.
Dalam pandangan visual saya Kali Keruh-ku serasa indah dan tenang, tetapi jauh dari peradaban manusia modern. Kali Keruh yang dulu sebagai tempat bermain anak-anak desa, tempat beraktivitas manusia, kini telah lengang , tenang dan seolah dingin dari jamahan manusia nya. Teringat masa kecil saya dulu ketika setiap sore kali Keruh menjadi tempat yang paling mengasikan untuk bermain air. Sepulang dari Sekolah Madrasah, saya pulang dan tanpa menunggu lama saya langsung menuju Kali Keruh. Di Kali Keruh teman-teman sudah berkumpul ramai mandi dan bermain di Kedung Kali Keruh. Dan air sungai yang keruh menjadi teman yang mengasikan dan hangat untuk bermain air. Di Kedung tersebut merupakan arena untuk bersosialisasi dan bermain yang mengasikan.
Mandi di Kedung sekaligus tempat bermain dan bersosialiasai yang mengasikan. Permainan air yang kreatif membuat saya dan teman-teman lupa waktu. Jenis permainan air yang akrab dengan kami seperti anjlog, nyilem, renang, keli-kelian, rakit kedebogan, udag-udagan, pelampung ban dalem, permainan sarung, dolanan wedi, dll. Dengan asiknya permaian tersebut kadang juga mengundang resiko. Resiko dari permainan air tradisional seperti kaki terbentur batu, kuping kemasukan air, terkena cakaran kuku teman, atau bahkan hanyut tak bisa kami hindari. Dengan banyaknya permainan air tersebut, hingga kami kadang lupa waktu pulang. Dimana pada waktu itu matahari hampir tenggelam dan airpun semakin dingin baru timbulah hasrat pulang. Kami pulang dengan hati senang, dengan kondisi mata merah, tubuh busik, dan rambut kering dan kasar. Namun semuanya tidak membuat kami berhenti untuk membuat peradaban kecil di kali Keruh.
Permainan tersebut di atas sangatlah akrab dengan kami anak-anak Blere pada waktu itu (era 90-an). Kali Keruh tidak hanya untuk bermain, keruhnya air membuat tempat petualangan yang menarik dan menatang. Kali Keruh menjadi ajang untuk berburu ikan, dengan berbagai cara. Tentunya dengan mennggunakan alat-alat tradisional, seperti seser, sosog, pancing, dan ngrogoh. Pada waktu itu ikan Kali Keruh masih banyak, dan sehingga tidak terlalu sulit untuk mencarinya. Jenis ikan yang ada di habitat Kali Keruh, seperti benter, uceng, kekel, urang, atau bahkan melem pun masih ada. Tidak tahu kalau kondisi sekarang, di mana sekilas Kali Keruh tidak menampakan adanya kehidupan air yang cukup signifikan. Mungkin masih ada ikan-ikan Kali Keruh, tetapi sudah berkurang tidak seperti dulu lagi. Kondisi Kali keruh yang mengalami pendangkalan, dan juga ekosistem yang rusak karena ulah manusianya.
Disamping sebagai tempat untuk bermain dan berpetualang, kali keruh juga sebagai aktivitas masyarakat Blere pada waktu itu. Kali keruh menjadi tempat peradaban air bagi masyarakat sekitar. Aktivitas seperti mencuci baju, mencuci piring, mandi, pengairan sawah dan kebun rutin dilakukan pada pagi ataupun sore hari. Apalagi ketika musim kemarau melanda, aktivitas kali keruh di barat Blere semakin ramai dan semarak. Tetapi seiring denga kemajuan jaman, dan semakin padat dan laju aktivitas menusianya maka Kali Keruh-pun terlupakan. Disamping itu, dengan semakin muadahnya mendapatkan air dari Perusahaan Air Minum (PAM). Sehingga aktivitas sosial di Kali Keruh perlahan tapi pasti ditinggalkan oleh masyarakat sekitar.
Kini aktivitas peradaban kecil di sebuah sugai semuanya telah hilang dan sirna, sebuah peradaban Kali Keruh yang menumbuhkan semangat, solidaritas, nilai sosial, dan juga kegembiraan. Kali keruh sekarang menjadi sepi, dingin, rimbun, asing, senyap,bahkan terksesan angker. Jamahan manusia yang menimbulkan perdaban kecil, telah jauh atau bahkan lupa terhadap alam yang bersahabat. Kemajuan teknologi membuat manusia menjadi dingin terhadap alam, manusia modern lebih intim dengan dunia digital. Mesin simulasi yang hampir mendekati nyata, menjauhkan anak-anak dari alam. Tidak ada lagi istilah “ Anak Kali Sekarang” , yang ada adalah “Anak Game On Line Sekarang”. Anak-anak sekarang menjadi asing dengan alam sekitar, bahkan mereka lupa bahwa Kali Keruh merupakan tempat belajar dan bermain yang mengasikan.
Dalam pandangan visual saya Kali Keruh-ku serasa indah dan tenang, tetapi jauh dari peradaban manusia modern. Kali Keruh yang dulu sebagai tempat bermain anak-anak desa, tempat beraktivitas manusia, kini telah lengang , tenang dan seolah dingin dari jamahan manusia nya. Teringat masa kecil saya dulu ketika setiap sore kali Keruh menjadi tempat yang paling mengasikan untuk bermain air. Sepulang dari Sekolah Madrasah, saya pulang dan tanpa menunggu lama saya langsung menuju Kali Keruh. Di Kali Keruh teman-teman sudah berkumpul ramai mandi dan bermain di Kedung Kali Keruh. Dan air sungai yang keruh menjadi teman yang mengasikan dan hangat untuk bermain air. Di Kedung tersebut merupakan arena untuk bersosialisasi dan bermain yang mengasikan.
Mandi di Kedung sekaligus tempat bermain dan bersosialiasai yang mengasikan. Permainan air yang kreatif membuat saya dan teman-teman lupa waktu. Jenis permainan air yang akrab dengan kami seperti anjlog, nyilem, renang, keli-kelian, rakit kedebogan, udag-udagan, pelampung ban dalem, permainan sarung, dolanan wedi, dll. Dengan asiknya permaian tersebut kadang juga mengundang resiko. Resiko dari permainan air tradisional seperti kaki terbentur batu, kuping kemasukan air, terkena cakaran kuku teman, atau bahkan hanyut tak bisa kami hindari. Dengan banyaknya permainan air tersebut, hingga kami kadang lupa waktu pulang. Dimana pada waktu itu matahari hampir tenggelam dan airpun semakin dingin baru timbulah hasrat pulang. Kami pulang dengan hati senang, dengan kondisi mata merah, tubuh busik, dan rambut kering dan kasar. Namun semuanya tidak membuat kami berhenti untuk membuat peradaban kecil di kali Keruh.
Permainan tersebut di atas sangatlah akrab dengan kami anak-anak Blere pada waktu itu (era 90-an). Kali Keruh tidak hanya untuk bermain, keruhnya air membuat tempat petualangan yang menarik dan menatang. Kali Keruh menjadi ajang untuk berburu ikan, dengan berbagai cara. Tentunya dengan mennggunakan alat-alat tradisional, seperti seser, sosog, pancing, dan ngrogoh. Pada waktu itu ikan Kali Keruh masih banyak, dan sehingga tidak terlalu sulit untuk mencarinya. Jenis ikan yang ada di habitat Kali Keruh, seperti benter, uceng, kekel, urang, atau bahkan melem pun masih ada. Tidak tahu kalau kondisi sekarang, di mana sekilas Kali Keruh tidak menampakan adanya kehidupan air yang cukup signifikan. Mungkin masih ada ikan-ikan Kali Keruh, tetapi sudah berkurang tidak seperti dulu lagi. Kondisi Kali keruh yang mengalami pendangkalan, dan juga ekosistem yang rusak karena ulah manusianya.
Disamping sebagai tempat untuk bermain dan berpetualang, kali keruh juga sebagai aktivitas masyarakat Blere pada waktu itu. Kali keruh menjadi tempat peradaban air bagi masyarakat sekitar. Aktivitas seperti mencuci baju, mencuci piring, mandi, pengairan sawah dan kebun rutin dilakukan pada pagi ataupun sore hari. Apalagi ketika musim kemarau melanda, aktivitas kali keruh di barat Blere semakin ramai dan semarak. Tetapi seiring denga kemajuan jaman, dan semakin padat dan laju aktivitas menusianya maka Kali Keruh-pun terlupakan. Disamping itu, dengan semakin muadahnya mendapatkan air dari Perusahaan Air Minum (PAM). Sehingga aktivitas sosial di Kali Keruh perlahan tapi pasti ditinggalkan oleh masyarakat sekitar.
Kini aktivitas peradaban kecil di sebuah sugai semuanya telah hilang dan sirna, sebuah peradaban Kali Keruh yang menumbuhkan semangat, solidaritas, nilai sosial, dan juga kegembiraan. Kali keruh sekarang menjadi sepi, dingin, rimbun, asing, senyap,bahkan terksesan angker. Jamahan manusia yang menimbulkan perdaban kecil, telah jauh atau bahkan lupa terhadap alam yang bersahabat. Kemajuan teknologi membuat manusia menjadi dingin terhadap alam, manusia modern lebih intim dengan dunia digital. Mesin simulasi yang hampir mendekati nyata, menjauhkan anak-anak dari alam. Tidak ada lagi istilah “ Anak Kali Sekarang” , yang ada adalah “Anak Game On Line Sekarang”. Anak-anak sekarang menjadi asing dengan alam sekitar, bahkan mereka lupa bahwa Kali Keruh merupakan tempat belajar dan bermain yang mengasikan.
Ditulis oleh : Alix Setiawan
Via
Kolom Penulis
Posting Komentar